Thursday, January 6, 2011

PSSI dan LPI



Inilah negara kita, selalu saja mempunyai masalah disetiap sudut negaranya, baik dari segi politik, hukum, penegak kebenarannya, dewannya, pendidikannya, bahkan sampai bencana yang menimpa negara kita tercinta ini. Walaupun demikian kita haruslah tetap bangga dan bahu membahu untuk menjadi seorang yang memperjuangkan kemakmuran dan kesejahteraan Indonesia....

Kini yang disayangkan adalah timbulnya saingan penyelenggara persepakbolaan nasional. Walaupun tidak jarang terjadinya keributan dari terselenggaranya kegiatan tersebut namun ternyata kegiatan si bola bundar itu cukup menyita waktu dan perhatian bagi para praktisi olahraga di tanah air.

PSSI kini merasa ditohok atas munculnya LPI (Liga Primer Indonesia) yang di komandoi oleh pengusaha Arifin Panigoro ini. Walhasil PSSI merasa dilangkahi atas akan terselenggaranya LPI ini. Yah, memang di negara kita apapun selalu dihitung berdasarkan keinginan dan kemauan kelompok tertentu. Dan seakan-akan tidak ada lagi orang yang mampu menyelenggarakan suatu kegiatan kecuali kelompok-kelompok tertentu saja.

Berfikir tentang PSSI, wajah indonesia pun tak nampak lebih bersih dengan tertukarnya birokrat tingkat elite, penggantian Presiden, pengubahan struktur DPR pembahasan wilayah otonomi, pembentukan KPK, Jaksa Agung, Menteri-Menteri, semuanya selalu tak berubah hanya orang-orang itu saja yang berada dilingkungan-lingkungan itu. Mungkin logika yang berjalan adalah kaedah JIKA dan MAKA, JIKA si A yang menjadi ini atau itu MAKA akan begini dan begitu. Memang keadaan seperti ini kerap terjadi di setiap tempat organisasi, mungkin ini yang disebut ranah politik, yang akhirnya tak ada ruang gerak reformasi dalam pemberdayaan kemampuan seseorang, jika dilihat dari kemampuan kecuali, karena kedekatan dan koneksi.

PSSI yang wajahnya tak pernah ganti namun corengan diwajah itu banyak terjadi mengindikasikan betapa hebatnya kekuatan itu sehingga PSSI menjadi singgasana bagi raja kecil itu. Kita tidak menampik walaupun beberapa kali terjerat dan dijadikan tersangka bahkan malah ada yang dianulir keputusan-keputusannya, namun yang menjadi ironi dari tak tergantikannya dari tahun ke tahun.

PSSI kini semakin suram wajahnya. Tak ada prestasi yang gemilang diraih, baik even nasional maupun internasional. bukankah ada pepatah mengatakan bahwa suara rakyat adalah suara tuhan. Sudah menjadi rahasia umum, tak patutlah diceritakan banyak, namun mengapa itu bisa terjadi seakan tak ada yang lebih mampu darinya? ini hanya dia, golongannya dan Tuhan saja yang tahu.

LPI (Liga Primer Indonesia) entah apa pun maksudnya dan tujuannya ini merupakan sepak terjang yang harus di perhitungkan lebih-lebih karena posisinya (seakan) tandingan dari PSSI. Logika yang berjalan disini adalah sudah ke ranah politik. Yakni takut tidak kebagian kue bisnis yang selama ini didapat PSSI. Sesuai yang diungkapkan Joko Driyono (Direktur Liga Indoneisa,"Kalau dari sisi positifnya, ini muncul saat orang memahami Liga indonesia (Liga Super Indonesia/LSI) sebagai industri yang ada bisnis opportunity besar. Orang akhirnya tergoda, ini common sense, alamiah. Oh ini bisnisnya bagus, jadi ingin ikut melakukan bisnis yang sama. Liga Indonesia seolah pasar tradisional dengan historis panjang, lalu ada yang membuat pasar modern di sebelah pasar tradisional itu." (Republika, 6/01/2011).

Jika dilihat dari pendirinya jelas aspek bisnisnya besar, namun ketimbang dari melihat itu merupakan kesalahan pastinya tidak benar. PSSI walaupun di dukung dengan APBD tetap saja syarat dengan kepentingan-kepantingan bisnis, lebih-lebih ini LPI yang tidak menggunakan APBD dalam penyelenggaraannya haruslah lebih berhati-hati dalam mengelolanya. LPI muncul dikarenakan ketidak puasannya terhadap sistem yang diberlakukan, menurut Arya Bhiseka (Direktur LPI) sistem di indonesia sudah tidak relevan lagi. Nah, ketimbang hanya menggerutu berkepanjangan, maka terbentuklah LPI sebagai wadah baru penggemar, penggiat, instruktur, dari sepak bola untuk beradu prestasi dalam memajukan persepakbolaan nasional.

Akhirul kata, mestinya PSSI legowo dengan datangnya LPI dan seharusnya dijadikan mitra pemberdayaan sekaligus sikap bijaksana untuk memberikan peluang yang baik bagi profesional yang akan memajukan indonesia dalam bidang olahraga. Bukankah bila LPI punya citra bagus akan bagus juga PSSI, karena LPI juga bagian dari Indonesia. Kalau sudah begini PSSI kontra dengan LPI, nantinya akan sulit untuk saling menghargai dan mengisi kekosongan dari kekurangan masing-masing. Dan sebenarnya PSSI pasti membutuhkan LPI dan sebaliknya LPI juga akan membutuhkan PSSI dan jika bersatu saling bersinergi pasti menimbulkan efek yang positif pada ranah persepakbolaan ditanah air. Dan mohon maaf saya sendiri sebagai penulis tidak suka dengan sepak bola sepanjang atas terselenggaranya sepak bola yang selalu terjadi keributan dan anarkis. Bahkan dari jiwa yang paling dalam terlepas siapapun penyelenggaranya baik PSSI, LPI, TARKAM (antar kampung yang biasa di lakukan menjelang 17an) mudah-mudahan sepak bola tidak ada di bumi pertiwi ini, selama anarkis... (wawlahualam)

CERITA TERKAIT:
1. FLU BURUNG
2. SUNGGUH
3. ENTAH
4. ANAK MONSTER
5. PUNAH
6. KELUARGA
7. LUPA BANGET
8. PERASAAN
9. SULITKAH MENCARI ISTRI?
10. KELUARGA 2
11. 4 HAL MEMPERBAHARUI HIDUP
12. BELAJAR TERLEPAS DARI HIMPITAN
13. SABAR ITU INDAH
14. SEJARAH
15. POTENSI DIRI
16. MANUSIA PILIHAN
17. KEPUASAN
18. KEPUASAN 2
19. CARA CEPAT MERAIH SUKSES BELAJAR
20. BELAJAR YANG SESUNGGUHNYA
21. YANG DISENANGI TUHAN
22. AKUARIUM
23. PESONA SENYUM
24. KIAMAT
25. WANITA ITU
26. MORAL DAN HARGA DIRI
27. REDENOMINASI DAN INDONESIA

2 comments:

ali said...

memang seharusnya nurdin halid lengser... sudah kelamaan...

abu miqdad said...

Bung Ali.... memang Nurdin Halid itu seharusnya tahu diri atas keadaan sekarang....